19 Desember 2018-Pada awal terbentuknya Desa Pulosari, Kecamatan Bareng,Kabupaten Jombang terbukti dalamm legenda kerajaan Majapahit yang pada masa itu di pimpin oleh Raja Brawijaya, dan Desa ini masih dalam bentuk hutan belantara hanya ditempati oleh beberapa penduduk saja. Untuk memenuhi kebutuhan siar agama,yang pada saat itu memeluk agama hindu. Maka Prabu Boko memerintahkan keponakanya yaitu Joko Lodang untuk medirikan tempat peribadatan yang berupa candi, yang sekarang di kenal dengan sebutan Candi Arimbi. Yang konon katanya merupakan bagian dari keluarga Raja Brawijaya yang bernama Dewi Arimbi, yang petilasanya ada di Desa Ngrimbi Kecamatan Bareng.
Pada masa itu datanglah seorang tokoh ulama yang bernama Kyai Sari dan isrti yang bernama Mayang Sari yang membuka hutan untuk di jadikan sebuah pemukiman dengan membawa ajaran islam yang sekarang dikenal dengan nama Kampung Pulosari. Dalam perkembanganya Kampung Pulosari akan menjadi Kampung yang subur, Gemah Ripah Loh Jinawi serta dijadikan sebagai pusat pemerintahan sampai pada masa sekarang.
Di sebelah selatan Kampung Pulosari ada seorang tokoh ulama yang merupakan warga pendatang yaitu Kyai Nashir yang mendirikan sebuah kampung. Sehingga sampai saat ini dikenal dengan nama Kampung Pulonasir, yang merupakan bagian dari Kampung Pulosari. Dan sekarng lebih dikenal dengan nama Dusun Pulonasir. Adapun sebelah utara Kampung Pulosari yang di batasi oleh sebuah sungai yang besar dan masih berupa hutan belantara yang dijadikan arena adu pukul atau adu kesaktian. Maka penduduk Kampung Pulosari di kenal dengan sebutan Segitik (adu pukul ). Sehingga di kenal dengan nama Kampung Segitik. Dan sekarang beralih nama dengan sebutan Kampung Sumbermulyo. Kesimpulannya bahwa Desa Pulosari menyimpan banyak histories dari Kerajaan Majapahit dan sangat potensial untuk daerah pengembangan wisata, selain itu sangat cocok untuk area perkebunan yang ditunjang dengan iklim mikro yang memadai.