Belajar dari terpuruknya Venezuela


Venezuela yang selama ini merupakan salah satu negara makmur di kawasan Amerika Selatan, tiba-tiba ambruk dilanda krisis likuiditas keuangan akibat dari anjloknya harga minyak bumi yang selama ini menopang sumber pendapatan utama negara itu.

Krisis ekonomi yang melanda Venezuela, salah satu negara maju ‘kaya minyak’ yang dalam beberapa dekade ini mampu memberikan subsidi beragam kebutuhan masyarakatnya, kini kolaps di sektor ekonomi. Kurs mata uang Bolivar Perkasa yang dulunya mampu mengungguli mata uang sejumlah negara, kini takluk pada semakin kokohnya Dolar Amerika (USD). Sejak pertengahan Agustus 2018, Venezuela pun takluk pada kekuatan Adi Daya. Kemewahan, kenyamanan dan kemanjaan masyarakat Venezuela kini berbalik miris. Hidup di sana seperti tercekik harga, lantaran sebagian besar komoditi diimpor dari luar negeri dengan patokan harga pasar yang mengacu pada Dollar Amerika Serikat (USD).


analis senior Amerika Latin di HIS Country Risk, menyatakan bahwa Venezuela mengalami inflasi lebih dari 700 % dan itu merupakan angka inflasi tertinggi di dunia. Didukung dengan data IMF yang dikutip dari portal berita Kontan.co.id bahwa memang benar bahwa inflasi Venezuela mencapai 700%. Diperkirakan inflasi akan mencapai angka 1.500% di 2017 jika tidak ada usaha pembenahan dari pemerintahnya, imbuh Union Bank of Switzerland (UBS) yang dikutip melalui Kompas.com.
Menurut sumber berita dunia dan lokal, Venezuela mengalami krisis ekonomi dan pangan yang berimbas pada berkurangnya kualitas kesejahteraan masyarakat. Hilangnya hak warga Negara untuk mendapatkan kehidupan yang layak menjadi salah satu isu kemanusiaan yang parah di dunia.
Bayangkan saja, menurut banyak sumber, rakyat Venezuela harus mengantri berjam — jam di depan pertokoan untuk mendapatkan makanan pokok. Mengonsumsi sereal saja sudah merupakan keberuntungan di hari — hari mereka.


Imbas nyata yang terjadi adalah kasus kelaparan meningkat, mal nutrisi terjadi dimana — mana dan mengintai anak — anak sehingga hal tersebut memicu masyarakat untuk berlaku kriminal dengan menjarah toko makanan.

Belajar dari negara tersebut, sebaiknya kita juga waspada dari sistem Dunia yang tidak menentu, apalagi dalam kondisi pandemi covid19 ini, untuk itu kita semua harus ambil bagian menyelamtakan dan mempertahankan kondisi di negara ini, terutama di sektor pangan
Potensi alam Indonesia yang mampu untuk menunjang kelangsung pertumbuhan dan perkembangan sektor pertanian diharapkan menjadi perhatian utama pemerintah secara menyeluruh. Beberapa hal yang wajib menjadi fokus utama untuk menjadikan sektor pertanian sebagai salah satu sumber mata pencaharian utama masyarakat modern adalah sebagai berikut,
  • Keterlibatan pemerintah dalam merumuskan kebijakan pro petani dan pro pertanian harus benar — benar tajam dan spesifik sehingga nasib petani dapat terlindungi melalui kebijakan dan peraturan yang ada.
  • Merangkul para peneliti muda yang fokus pada dunia pertanian sebagai generasi penerus estafet para senior. Mungkin saat ini peneliti pertanian di dominasi oleh para generasi X yang merupakan generasi di atas 80 dan 90an, maka dari itu pemerintah harus mampu merangkul para generasi Y dalam memaksimalkan potensi mereka untuk diaplikasikan ke sektor terkait.
  • Peran institusi pendidikan sebagai perpanjangan tangan pemerintah dalam membantu mengedukasi petani lokal. Hal ini sebagai bentuk dari peran institusi pendidikan seperti universitas untuk aktif dalam kegiatan pembinaan dan pemberdayaan masyarakat terutama kelompok petani untuk lebih produktif dan aktif dalam berwirausaha di sektor pertanian.
  • Merangkul perusahaan — perusahaan baru atau Startup yang bergelut di sektor agrikultur untuk menjadi business partner dalam meningkatkan skala bisnis pertanian. Hal ini juga berkaitan dengan menggabungkan konsep teknologi ke aspek — aspek pertanian mulai dari sistem penjualan komoditas secara online, penyediaan sumber informasi yang accessible, dan sebagainya, dan semua itu membutuhkan business partner di sektor teknologi masa kini.
Hal yang menjadi permasalahan utama dalam sektor pertanian di Indonesia adalah belum adanya sistem yang mengintegrasi satu aspek ke aspek lain dengan kuat. Hal tersebut mempengaruhi aplikasi sistem di lapangan yang masih banyak celah dan mengakibatkan sektor pertanian di Indonesia terlihat lemah.
Berkaitan dengan hal tersebut bukan tidak mungkin Indonesia akan mampu menjadi Negara Agropolitan jika sistem yang mengintegrasi aspek hulu hingga hilir di sektor pertanian telah kuat dan konsisten.