Kata tani dalam KBBI berarti mata pencaharian dalam bentuk bercocok tanam; mata
pencarian dalam bentuk mengusahakan tanah dengan tanam-menanam, namun
dalam kajian bahasa tani itu adalah budidaya, artinya merupakan kegiatan
terencana pemeliharaan sumber daya.budi artinya serangkaian
kemampuan kognitif yang
memungkinkan kesadaran, persepsi, pertimbangan, dan ingatan pada manusia dan organisme lain,
dalam sang sekerta budi berarti akal atau hal-hal yang berkaitan dengan
budi, dan akal manusia sementara daya adalah kerja, atau dalam bahasa
fisika adalah kecepatan melakukan kerja
Sementarai itu dari sisi sosiologi,
tani ini merupakan suatu kebudayaan, kegiatan
menghasilkan pangan dengan kekuatan akalbudi Monyet tak bisa bertani
(budidaya) dan akibatnya tidak memiki kebudayaan. Sumber pangan monyet
bergantung dari sumber ekstratif. Itulah mengapa evolusinya berbeda dengan
manusia karena ketersediaan pangan sangat bergantung pada lingkungan dan musim.
Semakin terdesak lingkungannya, semakin lambat mereka berevolusi. Manusia,
karena akal budinya berfungsi untuk menciptakan model baru menghasilkan pangan
dengan budidaya; dan dari sinilah kemudian menjadi cikal bakal kebudayaan dan
kemudian dari kebudayaan inilah tercipta kemungkinan mencapai prestasi gemilang
bernama peradaban.
Lantas kenapa
sitgama yang beredar menganggap petani adalah kaum miskin, dan bodoh, bahkan
menjadi satu pekerjaan yang hina?
Semua itu tidak
terlepas dari peran kolonial yang diteruskan oleh generasi bangsa kita yang
menganggap pekerjaan petani itu adalah suatu kehinaan. akibat kebijakan
kolonialisme yang menerapkan praktik ekonomi monopoli (sebagai agenda mengeruk
modal dan sumber daya tanah jajahan), Para petani di abad 19 dan
dasawarsa-dasawarsa awal abad 20, adalah bagian dari kelompok ekonomi marjinal
serta paling lemah dalam struktur sosial masyarakat Hindia Belanda,
Sistem liberal
monopolistik yang telah dipintal dari abad ke abad oleh kolonialis dari masa VOC
hingga pemerintahan kolonial Belanda -demi penguasaan bahan baku dan mentah di
negeri jajahan melalui politik komersialisasi, tanam paksa, perkebunan swasta
hingga etis- telah merombak sistem kelembagaan agraris yang telah diakrabi para
petani. Ini membuat perkembangan dunia agraris yang berkarakter
Indonesia diinfiltrasi liberalisme dan berubah menjadi begitu sangat feodal
melebihi abad-abad sebelumnya (feodalisme masa kerajaan); sarat dengan
agenda-agenda kolonial untuk mengeruk sumber kapital sebesar-besarnya dari
negeri jajahan
VOC membentuk
aparat kekuasaan pribumi secara hierarkis dan otoriter, untuk membahayakan
petani. Lantas juga memperalat golongan borjuis (kaum ningrat Jawa ini)
untuk memereteli sendi-sendi kelembagaan agraris warisan leluhur bangsa
Indonesia, diganti dengan sistem ekonomi komersial (yang amat kapitalistik).
Ekonomi
komersial kolonial memang, sedikit demi sedikit, seolah-olah telah menyusup ke
dalam lapisan bawah sadar masyarakat. Sumber-sumber perubahan itu, menurut
catatan Hiroyoshi Kano di antaranya adalah diamandemenkannya dua undang-undang
yang saling berhubungan tahun 1870. Yaitu Agrarische Wet dan Agrarisch
Besluit).Hal tersebut telah membuka jalan ke arah penggunaan tanah secara aktif
oleh perusahaan-perusahaan perkebunan swasta. Dan menandai awal-awal
penguasaan tanah. Sementara itu stigam petani merupakan kaum terbelakang pun
tercatat di otak bawah sadar bangsa ini
Satu Hari 40-an
petani meninggalkan lahan
Sebagai negara
agraris, Indonesia dianugerahi kekayaan alam melimpah dan posisi geografis
strategis yang membuat segala jenis tanaman bisa tumbuh subur. Sebagian besar
mata pencaharian masyarakatnya pun berada di bidang pertanian dan cocok tanam.
Sayangnya, lambat
laun profesi sebagai seorang petani tampaknya mulai ditinggalkan, terutama oleh
generasi muda. Profesi petani dianggap tidak dapat menjamin masa depan,
sehingga membuat banyak orang beralih ke profesi yang lebih menguntungkan di
kota besar.
Data BPS tahun 2015
menujukan Perubahan struktural jumlah dan persentase petani yang makin lama
makin turun. Sekira 15 ribu orang per tahun pengurangannya.
Hal tersebut
terjadi karena masyarakat lebih memilih sektor wiraswasta dan industri yang
dianggap lebih bisa menjamin kehidupan secara ekonomi
Kondisi ini
diperparah dengan stigma dari para orang tua kepada anak anaknya yang
menganggap pekerjaan manjadi petani adalah rugi, maka mereka rela menjual aset
tanahnya untuk menjadi modal anak anaknya merintis usaha di sektor wiraswasta,
industri, dan jasa
Ciamis lawan
kepunahan Petani
Kabuapten Ciamis
Jawabarat memang dikenal dengan lumbung padi dan unggul dalam sektor pertanian,
sejarah membuktikan bahwa ciamis memang salah satu wilayah yang punya cerita
revolusioner bidang pertanian
Tahun 1920-an kawasan
lakbok yang semula merupakan kawasan hutan gambut dan rawa, dirubah menjadi
lumbung padi sukapura oleh Bupati sukapaura RAA Wiratanuningrat, yang saat ini
menjadi lakbok menjadi kawasan produksi padi andalan kabupaten ciamis
Jika zaman dahulu
persolan pertanian adalah lahan kini persolan pertanian adalah pelaku atau
petaninya itu sendiri, yang menurut data semakin hari semakin berkurang.
Minggu, 9 Agutus
2020 Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan bekerja sama dengan PT Petrokimia
Mengadakan pertemuan dengan para perwakilan petani muda se kabupaten Ciamis.Kegiatan
digagas menjawab persolan regenari petani di kabupaten Ciamis yang semakin lama
tren untuk menjadi petani semakin menurun
Petemuan ini
menggali gagasan dan solusi-solusi yang akan diterapkan oleh Pemerintah
Kabupaten Ciamis dalam merawat budaya pertanian yang melakat dalam kehidupan
warganya.Gagasan Dinas Pertanian Kabupaten Ciamis ini merupakan salah satu cara
menembalikan citra petani sebagai pekerjaan mulia, bermartabat, dan
berpendidikan
Probelmatiaka regenari
petani dan jejaring menjadi satu topik bahasan yang menjadi langkah awal
indentifikasi masalah terkati kemunduran minat petani bagi generasi muda. Kesepakatan
kesepakatan terjadi diantara peenggrak petani muda cimias sehingga forum
diskusi membuahkan sebuah hasil, yaitu petani muda menolak punah, dan terhina di bumi ciamis
Petani Muda, Beda,
dan berdaya
Gagasan
gotongroyong intelektual demi keberlanjutan pertanian dikabupaten ciamis
menjadi salah satu pembeda dari forum yang isinya petani muda ini. Hadir dari latar
belakan dan keahlian berbeda menjadi warna tersendiri bagai forum NGOVID ini
sehingga aura warna warni ideologi bercampur baur saling mengisi dan
memperkuaty arah pergerakan
Petani muda, semua yang hadir forum ini mengaku muda, muda
berarti semangat kaum muda dalam berjuang, semangat kaum muda dalam membangun
tatanan kehidupan untuk kesejahteraan bersama
Beda, Semua yang hadir di forum ini berbeda,beda dari
sisi latarbelakang, jenis budidaya dan jaringan, namun perbedaan ini menjadi
modal utama untuk saling mendorong dan mendukang antar satu sama lainnya
Berdaya, semua yang hadir di forum ini adalah pelaku dari
semua ide idenya yang sukses terealisasi, bukan hanya sekdar wacana dan opini,
sehingga mampu berdiri diatas kaki sendiri dan berdaya untuk membanguan dan
menjaga perdaban pertanian di kabupaten ciamis