Agricamp Papayan: Menyemai Harapan dari Jagung Lokal



Tanggal 1 Mei 2020 menjadi titik penting dalam perjalanan hidup saya. Saat itu, di tengah gelombang perubahan zaman yang begitu cepat, saya memutuskan untuk memulai sebuah gerakan kecil namun penuh makna: pertanian berkelanjutan di Desa Papayan, Kabupaten Tasikmalaya. Gerakan ini saya wujudkan melalui kegiatan yang kami sebut Agricamp Papayan, dengan fokus utama pada budidaya jagung lokal.

Apa yang membuat kegiatan ini istimewa bukan hanya soal bertanam jagung. Lebih dari itu, Agricamp Papayan hadir sebagai ruang belajar bersama, tempat anak-anak muda desa menemukan kembali kecintaan mereka terhadap tanah dan pertanian. Di era ketika banyak generasi muda lebih tertarik merantau ke kota atau sibuk dengan dunia digital, kami ingin menanamkan keyakinan bahwa bertani adalah profesi yang mulia dan bisa membawa masa depan yang cerah.

Sejak awal, pemerintah Desa Papayan dan warga masyarakat memberikan dukungan penuh. Mereka menyambut ide ini dengan hangat, karena sadar bahwa tanpa regenerasi petani, keberlanjutan desa akan terancam. Dukungan itu hadir dalam bentuk tenaga, lahan, bahkan semangat kebersamaan yang sulit diukur dengan angka.

Saya masih ingat betul suasana pagi itu. Ladang yang sebelumnya sepi kini dipenuhi wajah-wajah muda yang antusias. Mereka datang bukan hanya untuk belajar cara menanam jagung, tetapi juga untuk menemukan makna baru dari pertanian. Kami berbagi cerita, tertawa bersama, dan tentu saja, bekerja sama mencangkul tanah, menebar benih, hingga menyiram tanaman.

Jagung lokal yang kami pilih bukan tanpa alasan. Selain memiliki cita rasa khas dan daya tahan terhadap iklim setempat, jagung ini juga melambangkan kemandirian. Kami ingin menunjukkan bahwa desa tidak harus selalu bergantung pada bibit impor atau produk dari luar. Dengan potensi lokal, kita bisa berdiri tegak dan berdaulat di bidang pangan.

Bagi saya pribadi, Agricamp Papayan adalah tentang menyemai harapan. Harapan agar generasi muda tidak melupakan akarnya, harapan agar desa bisa tumbuh dengan kearifan lokalnya, serta harapan bahwa pertanian akan selalu menjadi nadi kehidupan bangsa.

Setiap tetes keringat yang jatuh di ladang Papayan hari itu terasa begitu berharga. Karena saya percaya, di balik butiran tanah yang kami garap bersama, ada masa depan yang sedang kami tanam.

Dan dari situlah, perjalanan panjang gerakan pertanian berkelanjutan di Desa Papayan dimulai—sebuah perjalanan yang terus berlanjut hingga hari ini, menyatukan tanah, manusia, dan harapan dalam satu ikatan yang tak tergantikan.