إِنّ
الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ
مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ
مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ
اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ
إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
قل لوكان البحر مداد لكلمات ربي لنفد البحر قبل ان تنفد كلمات ربي ولو جئنا بمثله مددا
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ
صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ
مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Ayyuhal Muslimun, rahimakumullah
Marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada
Allah swt. dengan menjalankan perintah-Nya dan menjahui segala larangannya.
Untuk meningkatkan ketakwaan kita kepad Alloh swt
mari kita mempelajari ayat alquran surat al-kahfi ayat 109:
قل
لوكان البحر مداد لكلمات ربي لنفد البحر قبل ان تنفد كلمات ربي ولو جئنا بمثله مددا
” Katakanlah: "Kalau sekiranya lautan
menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan
itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan
tambahan sebanyak itu (pula)”. (QS. Al Kahfi. 109).
Menurut Syekh Showi dalam
tafsirnya, menyatakan asbabul nuzul ayat tersebut adalah: sesungguhnya Yahudi
berbicara “ya Muhammad kami taurat telah didatangkan kepada kami, didalamnya
terdapat ragam ilmu, maka turunlah ayat ini sebagai bentuk bantahan terhadap
kaum yahudi, sekaligus menegaskan bahwa ilmu allah sangat luas, ini ditunjukan
pada ayat tersebut.
Ayyuhal Muslimun, rahimakumullah
Sejenak
kita menelah tentang ilmu Allah swt. Jika kita merenungi lebih jauh lagi, maka
sadarlah kita, bahwa ilmu pengetahuan yang kita miliki ternyata sangatlah
terbatas. Semakin tinggi pendidikan kita, justru semakin menyadarkan kita,
bahwa semakin banyak ilmu pengetahuan yang tidak kita ketahui. Teramat banyak
ilmu pengetahuan yang tidak kita kuasai, karena pada kenyataannya, kita memang
tidak mungkin menguasai semua ilmu, meski setinggi apa-pun pendidikan kita. “Dan
tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS. Al Israa’. 85).
“Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang
mereka, sedang ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya”. (QS. Thaahaa. 110).
Sementara
kalimat-kalimat-Nya adalah tidak terbatas. Tidak mungkin bagi kita untuk
menuliskan semuanya. Meski telah disediakan tinta sebanyak lautan yang ada di
bumi ini untuk menuliskan kalimat-kalimat-Nya, maka pasti akan habis tinta itu
sebelum habis ditulis kalimat-kalimat-Nya. Bahkan seandainya didatangkan
tambahan tinta sebanyak itu lagi, tetap saja, pasti akan habis lagi tinta itu
sebelum habis ditulis kalimat-kalimat-Nya. Hal ini sesuai dengan penjelasan Al
Qur’an dalam
قل
لوكان البحر مداد لكلمات ربي لنفد البحر قبل ان تنفد كلمات ربي ولو جئنا بمثله مددا
“Katakanlah:
"Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat
Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat
Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)”. (QS. Al Kahfi.
109).
Bahkan dalam
ayat yang lainnya, diperoleh penjelasan bahwa seandainya pohon-pohon di bumi
ini dijadikan pena dan laut menjadi tintanya untuk menuliskan kalimat-kalimat
Allah, kemudian ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah keringnya,
niscaya tetap tidak akan pernah habis-habisnya kalimat Allah tersebut. “Dan
seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta),
ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)-nya, niscaya tidak
akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana”. (QS. Luqman. 27).
Ayyuhal Muslimun, rahimakumullah
Al-Quran demikian menghormati kedudukan ilmu
dengan penghormatan yang tidak ditemukan bandingannya dalam kitabkitab suci
yang lain. Sebagai bukti, Al-Quran menyifati masa Arab pra-Islam dengan
jahiliah (kebodohan). Di dalam Al-Quran terdapat beratus-ratus ayat yang
menyebut tentang ilmu dan pengetahuan. Di dalam sebagian besar ayat itu
disebutkan kemuliaan dan ketinggian derajat ilmu.
Dalam rangka mengingatkan tentang anugerah yang
telah diberikan kepada manusia, Allah berfirman:
"Allah
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak mereka ketahui." (QS 96:5)
"Allah meninggikan beberapa derajat orang-orang
yang beriman dan mempunyai ilmu." (QS 58:11)
"Apakah sama orang-orang yang mengetahui dan
orang-orang yang tidak mengetahui?" (QS 39:9)
Di samping itu masih banyak ayat lain yang
menyatakan tentang kemuliaan ilmu. Dan dalam hadis-hadis Rasulullah dan para
Imam Ahlul Bait - yang kedudukannya mengiringi Al-Quran - terdapat dalil-dalil
yang tidak terhitung banyaknya tentang anjuran untuk mencari ilmu, arti penting
dan kemuliaannya.
Ayyuhal Muslimun, rahimakumullah
Dalam banyak ayat (kami tidak mengutipnya di sini
karena sedemikian banyak), AI-Quran mengajak untuk memikirkan tandatanda
kekuasaan Allah di langit, bintang-bintang yang bercahaya, susunannya yang
menakjubkan dan peredarannya yang mapan. Ia juga mengajak untuk memikirkan
penciptaan bumi, laut, gununggunung, lembah, keajaiban-keajaiban yang terdapat
di dalam perut bumi, pergantian malam dan siang dan musim. Ia mengajak untuk
memikirkan keajaiban penciptaan tumbuh-tumbuhan, binatangbinatang, sistem
perkembangannya dan keadaan-keadaan lingkungannya. Ia mengajak untuk
memikirkan penciptaan manusia sendiri, rahasia-rahasia yang terdapat di dalam
dirinya, untuk memikirkan alam batinnya dan hubungannya dengan Allah. AlQuran
juga mengajak untuk mengadakan perjalanan di dunia, memikirkan peninggalan
orang-orang terdahulu serta meneliti keadaan bangsa-bangsa, kelompok-kelompok
manusia, kisah-kisah, sejarah dan pelajaran-pelajaran yang bisa diambil dari
mereka.
Secara khusus, Al-Quran mengajak untuk mempelajari
ilmuilmu kealaman, matematika, filsafat, sastra dan semua ilmu pengetahuan
yang dapat dicapai oleh pemikiran manusia. Al-Quran menganjurkan mempelajari
ilmu-ilmu itu untuk kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia. Memang,
Al-Quran menyeru untuk mempelajari ilmu-ilmu ini sebagai jalan untuk mengetahui
Al-Haq dan realitas, dan sebagai cermin untuk mengetahui alam, yang di dalamnya
pengetahuan tentang Allah mempunyai kedudukan paling utama.
Adapun ilmu yang membuat manusia lupa dari Al-Haq
dan realitas, menurut Al-Quran sama dengan kebodohan. Allah berfirman:
"Mereka mengetahui hanya yang lahir
dari kehidupan dunia, sedang terhadap kehidupan akhirat mereka lalai." (QS 30:7)
"Maka pernahkah engkau melihat orang
yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat
berdasarkan ilmu-Nya, mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan
tutup atas penglihatannya? Siapakah yang akan memberinya petunjuk selain
Allah?" (QS 45:23)
Al-Quran, yang mendorong untuk mempelajari
berbagai ilmu, mengajarkan suatu konsep yang utuh tentang ilmu ketuhanan,
prinsip-prinsip umum akhlak dan hukum Islam.
Ayyuhal Muslimun rahimakumullah
Kenapa kita harus mengkaji
ilmu Allah swt, tentu hal ini mempunyai manfaat yang amat dasyat bagi kita
selaku umat muslim, Melalui Iqra' bismi Rabbika, digariskan bahwa titik tolak atau
motivasi pencarian ilmu, demikian juga tujuan
akhirnya, haruslah karena Allah.
Syaikh
Abdul Halim Mahmud, mantan pemimpin tertinggi Al-Azhar, memahami Bacalah demi
Allah dengan arti
untuk kemaslahatan makhluknya. Bukankah
Allah tidak membutuhkan
sesuatu, dan justru makhluk yang membutuhkan Allah Swt.?
Sebagai gambaran dalam ayat-ayat Al-Quran yang berbicara tentang alam raya, menggunakan redaksi yang berlainan ketika menunjukkan manfaat yang diperoleh dan alam raya, walaupun objek atau bagian alam yang diuraikan sama.
Perhatikan misalnya ketika Al-Quran menguraikan as-samawat wal-ardh. Dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 164, penjelasan ditutup dengan menyatakan, la ayatin liqaum(in) ya'qilun (sungguh terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal).
Sedangkan dalam Al-Quran surat Ali-'Imran ayat 90, ketika menguraikan persoalan yang sama diakhiri dengan la ayatin li-ulil albab (pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi Ulil Albab [orang-orang yang memiliki saripati segala sesuatu].
Inilah
antara lain fashilat {penutup) ayat-ayat yang berbicara tentang alam
raya, yang darinya dapat ditarik kesan adanya beragam
tingkat dan manfaat yang seharusnya dapat diraih oleh mereka
yang mempelajari fenomena
alam: yatafakkarun (yang berpikir)
(QS 10: 24) ya'lamun (yang mengetahui) (QS
10: 5), yatazakkarun yang
mengambil pelajaran) (QS 16: 13), ya'qilun (yang memahami) (QS 16: 12), yasma'un (yang mendengarkan) (QS 30:
23), yuqinun (yang
meyakini) (QS 45: 4), al-mu'minin (orang-orang yang
beriman) (QS 45: 3), al-'alimin (orang-orang yang mengetahui) (QS 30: 22).
Ayyuhal Muslimun, rahimakumullah
Tentunya uraian
di atas, mengingatkan tentang luasnya ilmu allah sekaligus dapat menjadi
tantangan sekaligus ujian buat kita semua. Di satu sisi (karena ternyata ilmu
kita teramat sedikit), kita mesti belajar dan terus belajar (tanpa mengenal
lelah), kapanpun, dimanapun, dalam kondisi apapun. Bahkan meski kita sudah
lulus S-2 atau S-3 sekalipun. Jangan pernah berhenti belajar. Di sisi lain,
jika kita telah diberi kesempatan untuk meraih strata pendidikan tertinggi,
maka janganlah hal ini membuat kita menjadi takabur/sombong. Ingatlah, bahwa
setinggi apapun pendidikan kita, tetap saja, pengetahuan kita amatlah sedikit.
“Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS. Al Israa’.
85).
أَقُوْلُ
قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
Khutbah yang kedua
إِنّ
الْحَمْدَ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَلِيُّ
الصَّالِحِينَ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا خَاتَمُ الأَنْْْبِيَاءِ
وَالْمُرْسَلِينَ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا
صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ., أَمَّابعد,
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ
قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ
عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلََى اّلذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا
وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا
وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبَنَا
ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النّارِ. والحمد لله رب العالمين.