Road Show Literasi Digital di Papua Barat Daya 2–15 Agustus 2024



Awal Agustus 2024 menjadi salah satu perjalanan berharga dalam hidup saya. Selama hampir dua minggu, tepatnya dari tanggal 2 hingga 15 Agustus 2024, saya mendapat kesempatan berharga untuk ikut terlibat dalam Road Show Literasi Digital di Papua Barat Daya. Bukan sekadar perjalanan dinas, melainkan sebuah pengalaman batin yang mempertemukan saya dengan wajah-wajah tulus masyarakat Papua yang haus akan pengetahuan, terutama tentang dunia digital.

Di beberapa titik, saya dipercaya menjadi pemantik diskusi. Tugas ini bukan perkara mudah. Bagaimana mungkin berbicara soal keamanan berinternet dan pemanfaatan internet untuk UMKM tanpa menyentuh realitas sosial dan ekonomi masyarakat setempat? Tapi justru di situlah tantangannya: bagaimana materi yang saya sampaikan tidak hanya berhenti sebagai teori, tetapi bisa dipahami, dirasakan, bahkan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Tema yang kami bawa adalah “Keamanan Berinternet dan Manfaat Internet untuk UMKM”. Di tengah derasnya arus informasi, dunia digital ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi memberi peluang yang begitu luas, namun di sisi lain bisa menjerumuskan bila tidak bijak digunakan. Saya bercerita tentang banyak hal, mulai dari bagaimana cara sederhana menjaga kata sandi, mengenali hoaks, hingga memahami pentingnya menjaga jejak digital.

Tapi yang paling menarik justru saat kami masuk ke sesi pemanfaatan internet untuk usaha. Wajah para pelaku UMKM lokal tampak berbinar ketika mendengar kisah-kisah inspiratif tentang bagaimana internet bisa membuka pasar baru bagi produk mereka. Saya lihat sendiri, ada semangat untuk mencoba: ada yang menjual kerajinan tangan, hasil bumi, hingga kuliner khas Papua. Bayangkan, betapa besar potensinya jika mereka terkoneksi bukan hanya secara geografis, tapi juga digital.

Perjalanan ini membawa saya dari kota hingga kampung, dari aula sederhana hingga balai pertemuan yang penuh antusiasme. Setiap titik punya cerita. Ada anak muda yang bertanya tentang bagaimana caranya menjadi konten kreator tanpa harus meninggalkan identitas lokal. Ada mama-mama Papua yang penasaran bagaimana cara memasarkan noken secara online. Bahkan ada bapak-bapak nelayan yang baru tahu kalau ikan hasil tangkapan bisa dijual lewat aplikasi, bukan hanya di pasar tradisional.

Bagi saya pribadi, road show ini bukan semata berbagi ilmu. Justru sebaliknya, saya banyak belajar dari masyarakat Papua. Belajar tentang kesederhanaan, tentang ketulusan menerima tamu, dan terutama tentang semangat mereka untuk berkembang di tengah segala keterbatasan. Papua Barat Daya memberi saya ruang untuk merenung bahwa literasi digital bukanlah perkara teknis semata, melainkan bagian dari perjuangan lebih besar: membuka akses, memberdayakan ekonomi, dan mengangkat martabat manusia lewat teknologi.

Ketika perjalanan ini usai, saya menyadari satu hal: tugas kita belum selesai. Literasi digital bukan cukup sekali disampaikan, tapi harus terus ditumbuhkan, ditanamkan, dan diwariskan. Karena dunia digital akan terus berkembang, sementara masyarakat kita tidak boleh tertinggal.

Papua mengajarkan saya arti konektivitas yang sesungguhnya. Bukan hanya soal jaringan internet, melainkan tentang menghubungkan hati, pikiran, dan semangat antara kita semua.