Di antara khazanah manuskrip kuno berbahasa Arab, tersimpan sebuah kitab yang penuh misteri dan keajaiban, dikenal dengan nama Kitab al-Bulhan. Terkadang disebut pula "Kitab Keajaiban" atau "Kitab Kejutan," manuskrip ini diperkirakan lahir di Baghdad pada penghujung abad ke-14 Masehi, tepatnya pada masa kekuasaan Sultan Ahmad Jalayirid (1382-1410).
Lembaran-lembaran Kitab al-Bulhan membuka jendela menuju dunia yang memadukan ilmu pengetahuan dan kepercayaan pada masa itu. Di dalamnya, terhampar bahasan mengenai pergerakan bintang-bintang dan planet-planet, mencoba menguak pengaruhnya terhadap takdir dan kehidupan di Bumi. Seni geomansi, sebuah metode ramalan kuno menggunakan titik dan garis di tanah, turut mengisi halaman-halaman kitab ini, menawarkan cara untuk membaca pertanda alam.
Namun, daya tarik utama Kitab al-Bulhan terletak pada ilustrasi-ilustrasinya yang memukau. Setiap halaman seolah оживает dengan warna-warni yang detail, menggambarkan rasi bintang yang megah, sosok-sosok dalam cerita rakyat yang melegenda, para nabi yang dihormati, hingga makhluk-makhluk mitologis yang menakutkan, termasuk jin dan setan yang dipercaya menghuni alam gaib.
Adalah Abd al-Hasan Al-Isfahani, sosok di balik kompilasi karya yang unik ini. Nama "Bulhan" sendiri menyimpan makna yang dalam. Menurut kamus Lisan Al-Arab, kata ini bisa berarti "mengabaikan kejahatan dan tidak berbuat baik padanya," atau merujuk pada "seseorang yang memiliki sedikit pengetahuan tentang hal-hal yang tidak umum." Dengan demikian, julukan "Kitab Kejutan" terasa lebih pas untuk menggambarkan isinya yang tak terduga.
Kini, jejak Kitab al-Bulhan dapat ditemukan di perpustakaan-perpustakaan ternama dunia, seperti Pierpont Morgan Library di New York dan Bibliothèque Nationale di Paris. Namun, di balik keindahan dan keunikannya, terselip kontroversi. Beberapa kalangan memandang kitab ini menyimpan pengetahuan terlarang tentang sihir dan ritual pemanggilan jin, yang menyebabkan pelarangannya di beberapa negara Islam.
Terlepas dari polemik yang mengitarinya, Kitab al-Bulhan tetaplah sebuah artefak budaya yang tak ternilai harganya. Ilustrasi-ilustrasinya yang detail dan berwarna memberikan gambaran visual yang kaya tentang bagaimana masyarakat abad ke-14 membayangkan alam semesta dan dunia spiritual. Perpaduan antara ilmu astronomi, astrologi, geomansi, dan kepercayaan mistis di dalamnya mencerminkan kompleksitas pandangan dunia pada masa itu, di mana batas antara rasionalitas dan keyakinan masih begitu kabur.
Saat membuka lembaran-lembaran Kitab al-Bulhan, kita seolah diajak mengembara ke masa lalu, menyaksikan bagaimana ilmu pengetahuan dan imajinasi berjalin kelindan. Di sana, zodiak tidak hanya sekadar rasi bintang, tetapi juga entitas yang memengaruhi nasib manusia. Jin dan setan bukan hanya cerita, tetapi juga makhluk yang diyakini keberadaannya. Dan melalui pola titik dan garis geomansi, manusia berusaha membaca pesan-pesan tersembunyi dari alam semesta.
Setiap ilustrasi zodiak, misalnya, hadir dengan penggambaran yang khas. Aries, sang domba jantan, digambarkan gagah berani. Taurus, sang banteng, kokoh dan sabar. Gemini, si kembar, melambangkan dualitas. Cancer, sang kepiting, penuh kepekaan. Leo, sang singa, memancarkan kekuatan. Virgo, sang perawan, олицетворяет kemurnian. Libra, sang timbangan, menjunjung keadilan. Scorpio, sang kala jengking, penuh intensitas. Sagittarius, sang pemanah centaur, haus petualangan. Capricorn, si kambing gunung berekor ikan, adaptif dan ambisius. Aquarius, sang pembawa air, inovatif dan humanis. Dan Pisces, dua ikan yang berenang berlawanan arah, melambangkan spiritualitas.
Begitu pula dengan penggambaran jin. Ada yang berwujud humanoid dengan sayap atau tanduk, ada pula yang tampak mengerikan dengan mata menyala. Beberapa bahkan dihubungkan dengan kekuatan alam, mewakili api yang membara atau angin yang bertiup kencang. Setiap ilustrasi disertai dengan deskripsi singkat tentang nama, karakteristik, dan mungkin kekuasaan mereka.
Halaman-halaman tentang geomansi dipenuhi dengan pola-pola rumit dari titik dan garis. Setiap formasi memiliki nama dan interpretasi tersendiri, digunakan untuk menjawab pertanyaan atau meramalkan masa depan. Simbol-simbol planet terkadang disertakan, menambah lapisan kompleksitas pada seni ramalan ini.
Meskipun visual aslinya tak tergantikan, deskripsi ini semoga dapat memberikan secercah gambaran tentang kekayaan Kitab al-Bulhan. Lebih dari sekadar manuskrip kuno, kitab ini adalah jendela menuju pemikiran, kepercayaan, dan imajinasi masyarakat Islam pada abad pertengahan, sebuah perpaduan unik antara seni, ilmu pengetahuan, dan spiritualitas yang terus memukau hingga kini.